Label

Senin, 16 Januari 2012

Jalinus Sikumbang, Orang Tanah Datar Sukses dengan T-Shirt "I Love Batam"



Lelaki berkumis itu, kini sudah dapat menghela nafas dengan tenang. Meskipun bergaya sederhana, berperawakan urang awak benar, pendek, bahu lebar, muka berminyak, namun telah sukses membangun perekonomian keluarga. Tinggal lagi mempergesit perjuangan, yakni mengenalkan Batam dan Kebudayaan Kepri lewat media baju kaos ke turis mancanegara.
Jalinus Sikumbang, beitu namanya. Ia lahir 15 Mei 1973 di Tanah Datar, Sumatera Barat.  Sejak berusia 23 tahun, ia telah memutuskan untuk merantau ke Pulau Batam dengan modal selembar ijazah SMA. Ijazah itu pulalah yang menghantarkannya dapat bekerja di sebuah PT di Kota Batam, meski keberadaannya sebagai karyawan rendahan dan gaji yang tidak bisa menjanjikan masa depan, namun ia begitu tekun menjalaninya.
"Pekerjaan itu aku anggap saja sebagai suratan takdir, jadi aku terima dengan ikhlas meski sebagai buruh kasar perusahaan ", katanya menceritakan saat ditemui Haluan Kepri, Sabtu (25/6) siang.
***
Berjalan tiga tahun, sejak tahun 1996-1999, pada suatu siang yang ganas, tiba-tiba ia mendapat amplop putih dari atasan. Seketika, seribu tanya hadir dalam dirinya. Ketika dibukanya, ternyata surat pemutusan hubungan kerja (PHK).  Miris nian nasib yang ia lalui di kampung orang, seorang diri pula. Namun tidak meruntuhkan semangat juangnya.
Begitu ia tidak bekerja lagi, gaji yang disisihkan sedikit demi sedikit selama tiga tahun sebelumnya, ia belikan sepeda motor seadanya. Lalu, mengojekpun ia lakoni untuk menyambung hidup, agar masih bisa berkabar ke kampung halaman di Tanah Datar sana. Lagi pula, ia selalu punya niat, bagaimana dengan hasil usaha rantauannya, dapat juga berkirim ke orang tua di kampung halaman. Padahal, ia tidak terdaftar sebagai tukang ojek resmi di kawasan Nagoya-Batam. 
Mengojek selama hampir setahun, membuatnya banyak kenal dengan masyarakat di Batam. Akhirnya, profesi itu pun ia tinggalkan setelah dapat menyisihkan sebagian pendapatan untuk hari depan. Bersih Rp 1 juta uang dapat dikumpulkan Jalinus. Dengan uang itu, ia mencoba berjualan aksesoris di street shopping Nagoya Hill. Hari demi hari ia lalui dengan menggantungkan hidup di street shoping Nagoya Hill itu hingga ia menemukan ide yang cemerlang. Yakni mengangkat citra budaya orang Kepri dan mengenalkan Batam lewat media baju kaos ke turis mancanegara. Itu ia lakukan dengan modal seadanya.
Akhirnya, Shoping street Nagoya Hill pun ia tinggalkan. Dua kodi baju kaos oblong asal Bukittinggi disablon dengan berbagai gaya. Konsepnya tetap citra budaya dan semangat kecintan terhadap Batam.
Berawal dengan sepeda motor buntut, ia tekun  mengejar turis-turis yang melalui travel VIP Batam Indah Indopas. Dimana turis-turis meses, Jalinus muncul di situ sebagai penjual aksesoris seperti kacamata, dan baju kaos bermerek "WelCome To Batam" dan I Love Batam Indonesia". Dua kodi kaos sablon, habis sehari. Besoknya, ia cari kaos oblong di sekitar pasar di Batam saja, karena Bukittinggi terlalu jauh. Usahanya ini menjadi sesuatu yang manis, sebab jualannya pun laris manis setiap harinya. Hari-hari berikutnya, Pesanan baju selalu meningkat.
"Untuk berjualan dengan turis-turis, saya menggunakan Bahasa Inggris seadanya. Bahasa Inggris saya sangat balepotan, akhirnya karena terbiasa berjualan dengan pendatang-pendatang dari Barat, baru lancar," katanya.
Bagi Jalinus, jalan usaha sudah mulai agak terang. Ia pun mempersunting Nur Lena, perempuan Melayu, di ranah rantauannya ini, Batam. Setelah menikah, ia semakin tekun menjalani pekerjaannya sebagai penjual kacamata dan baju kaos sablon amatiran. Tanpa ada kedai apalagi toko.
Berkat ketekunan dan ketabahan, tahun 2003 ia bisa membeli tanah dan membangun rumah permanen di kawasan Nagoya, Batam.  Usahanya semakin meningkat, tahun 2007 ia dapat membeli mobil Sedan jenis toyota Vios.
Bapak dua anak ini, sejak 2009 lalu sudah berpenghasilan Rp1,5 juta per hari. Berjualan kaos bermerek ikon Batam dengan mengejar Turis-turis yang melalui travel VIP Batam Indah Indopas, tidak ia tinggalkan sampai sekarang. Walaupun,  ia telah mempunyai stand tetap di DC Mall dan stand-stand tidak tetap di setiap event-event dan pameran-pameran. Setiap stand dijaga oleh dua orang karyawan.
Sekarang ia telah mampu membayar setiap kali mengikuti Expo melalui organizer sebesar Rp 6 juta per 16 hari. Ditambah pula dengan sewa stand di DC Mall Rp13 juta per bulan, dan Rp 1,2 juta gaji dua orang karyawan. Sedangkan harga 1 pcs kaos bermerek "I love Batam" hanya Rp 35 ribu.
"Mungkin, beberapa bulan kedepan, saya mau tambah dua orang karyawan lagi, karena event yang harus dikejar terlalu banyak," katanya saat mengikuti CMB Expo di Mega Mall Batam centre.
Meski demikian, menurutnya, cita-citanya masih panjang. Media baju kaos bermerek Batam dan sederatan merek ikon-ikon Batam dan budaya Kepri lainnya belum begitu familiar.
"Saya benar-benar ingin berjuang mengenalkan Batam dan kebudayaan Kepri melalui baju kaos. Makanya saya belum memilih untuk tetap di toko. Lebih baik kita siap mengisi stand setiap ada pameran dan ekspo", tuturnya.
Sudah ratusan kodi baju kaos bermerek "Wel Come to Batam" dan "I love Batam", terjual, baik ke turis mancanegara maupun turis lokal yang berasal dari daerah Jawa. Tetapi, sampai ditemui Haluan kepri beberapa hari lalu, dirinya belum pernah tersentuh oleh pemerintah. Dia juga berharap, agar usaha memperkenalkan Batam dan kebudayaan kepri lewat media baju kaos mendapat dukungan secara moril dari pemerintahan.
Ia mencontohkan, ketika ada event-event olah raga, seni dll, pemerintah sedapat mungkin mengarahkan tamu-tamu atau peserta event itu untuk membeli baju kaos miliknya.
"Seperti di Jakarta, setiap orang yang datang selalu membeli kaos bermerek "Jakarta Tempo Doeloe" atau kaos Dagadu di Jogja, atau Bandung yang telah begitu familiar. di Padang saja yang baru, dengan produk kaos bermerek "Tangkelek", sudah mendapat apresiasi dari pemerintah dan masyarakat Sumbar. Sedangkan kita di Batam, sangat besar kemungkinan untuk melebihi produk kaos di Jakarta, Jogja dan Padang, sampai hari ini  belum mendapat apresiasi yang membanggakan", katanya lagi.
Perjuangannya membangun ekonomi keluarga melalui baju kaos bermerek Batam, selalu mendapat dukungan penuh dari  istrinya. Nur Lena, begitu nama istrinya, selalu membantu mengembangkan bisnis Jalinus.
Walupun Istri tidak ikut pameran berhari-hari di daerah yang agak jauh, seperti di Tanjung Pinang, Nur Lena tetap tidak mempersoalkannya.
"Pernah berhari-hari Uda (Panggilan Jalinus oleh Nur Lena) tak pulang-pulang mengikuti pameran di Tanjung Pinang, saya tidak mempersoalkannya, karena saya tahu Uda selalu ulet dan serius berjualan, malah saya selalu mendukung, bagaimana baju kaos uda selalu laku", aku Nur Lena istrinya.
Begitu juga Bunda Elly, salah seorang karyawannya, juga mengungkapkan bahwa Jalinus selalu ulet dan pantang menyerah. "Setiap kali ia mendapat rezki yang berlimpah, ia selalu berkirim ke  keluarganya di kampung, dan selalu mentraktir kami makan", katanya.
Hal demikian pula yang menyebabkan Jalinus, akhirnya bisa menjadi salah satu ketua pada Ikatan Keluarga Tanah Datar (IKTD)  Batam dan Kepri periode 2011-2015. Kemudian Dia juga diangkat sebagai Ketua Futsal Ikatan Keluarga Tanah Datar di Batam. (Mayonal Putra)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berikan Komentar Anda, tanpa ada unsur fitnah, dan menyinggung SARA!