Minggu, 10
Juli 2011 00:44 Harian Haluan
|
![]()
Sebulan
belakangan, ternyata hadir suatu pemandangan yang baru. Lihatlah di kawasan
pangkal jalan tersebut, sekitar Yos Soedarso Nomor 6, setiap sore akan ada
sepeda motor bebek berbaju merah, parkir di pinggir jalan itu. Sepertinya,
orang punya motor itu melawan gumpalan debu dengan berjualan.
Hebat
sekali bentuknya. Motor sebentuk memakai baju itu bisa terlindung dari cahaya
matahari maupun hujan. Begitupun dengan debu yang berkepanjangan.
Tidak jauh dari motor berbaju yang di parkir dekat dengan bibir aspal,
mungkin berjarak dua meter dari motor berbaju tersebut, terlihat pula seorang
bapak-bapak duduk bersandar beralaskan karton mi instan di sebuah batang
kayu yang cukup rimbun.
Walaupun
hampir seluruh hijaunya dedauanan pohon itu menjadi coklat muda akibat polusi
hebat berkepanjangan. Namun, lelaki itu tetap kelihatan betah memajang jualannya
di sana. Sambil menikmati sensasi sebatang rokok, ditengah kabut debu
yang berhembus tiap sebentar, laki-laki itu tak berhenti berharap;
mudah-mudahan ada orang yang mampir.
Zainal,
lelaki 39 tahun, asal Lubuk Alung, Padang Pariaman itu, benar-benar seperti
mencari sensasi untuk mengais rejeki. Dia menghadirkan penutup motor asal
Demak di Kota Batam ini lalu menjualnya di tempat yang nyaris tak ada
aktivitas perekonomian, berdebu pula, namun banyak juga orang membeli.
Sejak
sebulan lalu, setiap harinya, mulai pukul 14.00-18.00, duduk di pinggir jalan
sambil memajang tutup motor selalu ia lakoni. Tak ayal, tutup motor yang
dijualnya itu sudah se ratusan pcs habis terjual. Sedikitnya, seratusan pcs
habis per dua minggu. Luar biasa bukan?
Karena
banyak permintaan, untuk bulan ini, Zainal memesan lebih banyak lagi,
mencapai 200 pcs dalam keadaan hutang kepada distributor. Akan bisa dibayar
Zainal, jika sudah habis terjual selama ‘mangkal’ dipinggir jalan penuh debu
di Kota Batam. Sama seperti awal bulan dulu, 50 pcs penutup motor yang
dipesan, dengan perjanjian bayar di depan kepada distributor yang ada di
Demak, ternyata habis terjual.
Ketika
dihampiri Haluan Senin (4/7) siang. Mungkin menurut orang yang tidak
memperhatikan dengan baik, kehadiran Zainal di tepi jalan tersebut hanya
dianggap biasa. Tidak ada jual beli. Ya, sama sekali tidak terlihat adanya
transaksi apa-apa.
“Tidak
disangka pula, sudah sebulan, setiap harinya saya menunggu pembeli datang di
tempat ini, ternyata rezki tak kemana. Sudah ratusan habis terjual,” ujar
bapak satu anak ini.
Dikatakannya,
penutup motor ini, juga dijual dengan harga yang cukup miring. Hanya Rp90
ribu dan penutup motor yang pakai resleting dijual dengan harga Rp100 ribu
per pcs.
“Jika Anda
pandai-pandai menawar, harga akan jatuh atau lebih murah lagi,” ungkap zainal
sambil tertawa.
Baju atau
penutup motor yang dijual Zainal ini, mempunyai banyak manfaat. Ketika panas
menyengat atau hujan deras, motor anda bisa ditutup. Benda ini sangat efisien
untuk melindungi sepeda motor saat di parkir di tempat terbuka. Bahan benda
ini sama dengan bahan jas hujan, yakni parasut anti air.
Penutup
motor yang dijual Zainal di kawasan berdebu ini, tidak hanya untuk motor
bebek. Jenis metik dan motor besar, juga tersedia. Desain masing-masing
jenis, sangat disesuaikan dengan bentuk motor. Pemasangannya pun begitu praktis,
sedangkan kualitas bahannya, bisa dijamin.
Syahrul,
kebetulan berhenti dan menawar baju motor yang dijual Zainal. Menurutnya,
baju motor tersebut sangat menarik. Pemasangannya pun cukup enteng.
“Bagus
sekali untuk melindungi motor. Bahannya pun tidak tembus air. Mungkin aku
memilih yang warna hitam,”ujarnya.
Syahrul
juga menyayangkan, kenapa Zainal menjual di tempat ini? Kenapa tidak di
pasar atau di tempat keramaian lainnya? Padahal, jualan ini adalah
satu-satunya dan pertama di Batam.
Sambil
tersenyum kecut, perantau Lubuk Alung ini, hanya menjawab, kalau ia tak
punya cukup modal untuk menyewa tempat di pasar atau tempat lain. Sedangkan
di pinggir jalan Yos Soedarso tersebut, tidak banyak urusan. Tidak banyak
bayarannya.
“Di sini
rasanya kita tak mengganggu Bang. Lagian, kita kan cuma numpang parkir aja
dengan memperlihatkan model jualan kita, tempatnya juga sepi kok. Ya, harapan
saya cuma orang yang lalu lalang di jalan ini aja bang. Kalau di pasar, wah,
ribet Bang.”
Selain membayar,
banyak lagi urusannya. Ntar gak jadi-jadi saya jualannya,” ujar Zainal
sambil tersenyum.
Laporan:
Mayonal Putra
|
Hanya mengikuti derap langkah dalam petualangan yang tiada henti. Sebab, dunia kian buas, perkelahian terus berlanjut. Mengutuk adalah senjata kaum-kaum lemah,sedangkan hidup "mesti" diteruskan. Di ruang ini, kau bisa berdamai dengan hati.
Kamis, 16 Februari 2012
Pertarungan Zainal Berjualan di Jalan Berdebu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar Anda, tanpa ada unsur fitnah, dan menyinggung SARA!