1
di rentang jarak, aku mengundang hujan, membingkai tiap tetesannya
menjadi lampion kemerlap yang hidup, sebentar saja, lalu aku terbenam pada
kedalaman air mata,
di riuh pasar uang, kau menghabiskan sebentuk kejenuhan,
di riuh pasar uang, kau menghabiskan sebentuk kejenuhan,
sedang di sini, aku mengemasi sisa-sisa hujan.
apakah mata kita akan menjadi dua pasang mata sunyi meniti buih sepanjang perlintasan asin air mata? Jawaban ini gagap untuk kau jawab.
2
apakah mata kita akan menjadi dua pasang mata sunyi meniti buih sepanjang perlintasan asin air mata? Jawaban ini gagap untuk kau jawab.
2
ingatkah kau, kita saling bertemu di
ruang senja, di kamar pagi, dan bekejaran di ranjang mimpi.
itulah bagi ku, semua pertemuan kita, pada kata duka sekalipun adalah cinta, adalah nafas yang lega, dan aku menemukan usia di sisa jiiwaku sendiri.
Gadis, aku tak hendak bercerita tentang bagaimana ngilunya luka hujan. tapi aku takut mengatakan; janganlah kau terhukum juga oleh cintaku, agar sungai-sungai dalam tak lagi berhulu pada matamu. dab biarlah ia mengaliri lekuk sunyi mataku,
itulah bagi ku, semua pertemuan kita, pada kata duka sekalipun adalah cinta, adalah nafas yang lega, dan aku menemukan usia di sisa jiiwaku sendiri.
Gadis, aku tak hendak bercerita tentang bagaimana ngilunya luka hujan. tapi aku takut mengatakan; janganlah kau terhukum juga oleh cintaku, agar sungai-sungai dalam tak lagi berhulu pada matamu. dab biarlah ia mengaliri lekuk sunyi mataku,
PKU, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar Anda, tanpa ada unsur fitnah, dan menyinggung SARA!