Label

Sabtu, 21 Januari 2012

Tradisi Buka Bersama Antar Mahasiswa Di Sekre HMI Komisariat Tarbiyah



“Puasa Tua”, pasti setiap orang menginginkan berada di kampung bersama keluarga masing-masing. Begitupun setiap mahasiswa yang nge kos di Padang, juga menginginkan bisa berada di rumah bersama orang tua pada “puasa tua” itu. Paling tidak berkumpul bersama keluarga dapat mempererat kembali tali silaturrahmi.

Padang, yang lekat dengan kota pendidikan—karena diukur oleh banyaknya fasilitas pendidikan yang tersedia—tentu ditandai oleh banyaknya pelajar/mahasiswa yang tinggal. Meski dalam tulisan ini, tidak menyebutkan data pasti berapa jumlah mahasiswa yang berasal dari non kota Padang, namun cukup mengirakan jumlah itu sudah cukup besar.

Adalah hal yang wajar, ketika puasa tua (puasa pada minggu pertama Ramadhan) mahasiswa lebih memiilih pulang kampung. Dengan tujuan agar bisa berbuka dengan keluarga di rumah. Tidak pula dapat dipungkiri, ada sebagian mahasiswa tidak dapat pulang kampung saat “puasa tua” karena diikat oleh procedural-prosedural akademik.

Namun, bagi sejumlah mahasiswa di kawasan Anduring yang tidak dapat pulang kampung membuat tradisi yang sulit ditemui di tempat lain. Tepatnya di sekre HMI komisariat Tarbiyah, IAIN Imam Bonjol Padang, yang berada di jalan Mahmud yunus 12 kelurahan Anduring. Setiap sore terlihat aktivitas sebagaimana layaknya sebuah keluarga.

Meraka yang tidak dapat pulang kampung dengan alasan ikatan akademik atau yang bertugas mengelola pesantren ramadhan sengaja menggelar masak untuk hidangan berbuka. Masakan yang dipilih oleh sekelompok mahasiswa ini juga masakan tradisional orang minang. Ternyata, HMI Komisariat Tarbiyah selalu mengakomodasi mahasiswa yang tidak dapat pulang kampong dari tahun-ke tahun.

Hebatnya lagi, sejumlah mahasiswa yang menggelar aksi kekeluargaan itu bukan dari satu kampus saja. Paling tidak, mereka terdiri dari mahasiswa IAIN IB, Unand, UPI YPTK serta beberapa orang eks mahasiswa. sebagian besar mereka tersebut memang sengaja tidak pulang kampong karena kebiasaan buka bersama ala sebuah keluarga dengan rekan-rekannya itu sudah menjadi pilihan tersendiri.

Datanglah sesekali ke Sekre HMI itu. Anda akan melihat kesibukan pada sore hari. Sejumlah anak laki-laki itu memasak berbagai makanan kesukaannya. Mulai dari “pabukoan” atau semacam makanan untuk berbuka sebelum makan malam, sampai masak sambal atau gulai yang tidak kalah sensasi dari masakan ibu-ibu rumah tangga.

Bahan masakan ini dibeli atas sumbangan dari masing-masing orang yang dating pada sore itu. Karena pada siangnya, amsing-masingnya juga mempunyai tugas tersendiri. Hal ini, tidak bagi mahasiswa atau pemuda yang berasal dari organisasi HMI saja. Ya, sama sekali tidak ada hal yang rasis. Berbeda kampus, berbeda organisasi apalagi berbeda kampong, bagi mereka sama saja. Yang penting, mereka bagaikan sebuah keluarga di mana ada orang tua dan ada anak-anak.
Dikatakan sekretaris HMI Komisariat tarbiyah, Dino Candra bahwa kegiatan ini tidak diprogramkan sedemikian rupa. Akan tetapi ada proses kultural yang saling mengikat persaudaraan, terjadi dengan sendirinya saja.

“Hal ini bukanlah aksi narsis-narsisan. Masak bersama, buka bersama dan sahur bersama bisa menghemat biaya. Selain itu, kami juga bertekad untuk selalu belajar masak-memasak,” tukas Dino.

Selanjutnya, kegiatan ini juga tidak hanya sekedar masak dan makan. Sholat magrib berjamaah, dengan imam bergantian antar orang yang hadir, juga selalu dilakukan. Kemudian, di ruang 8x4 m itu juga digelar diskusi-diskusi penting untuk menambah wawasan. Mulai dari kajian agama, sosial serta membahas isu-isu hangat, baik di kampus masing-masing, ataupun isu-isu di negara ini.

Pada puasa pertama, Senin (1/8) mereka hadirkan hidangan Goreng maco bulat dan jengkol tua, sedangkan untuk minuman, mereka sediakan teh cincau dingin. Masakan ini diracik secara bersama-sama. Menu setiap harinya selalu berubah-ubah. Pada puasa kedua, mereka membuat gulai pucuak ubi, udang sayiah, kentang dan telor. Sensasi masakan tradisional ini benar-benar luar biasa, yang dikerjakan oleh sekelompok mahasiswa tersebut.

Rigo, salah seorang mahasiswa sejarah Fakultas tarbiyah IAIN IB semester dua, mengaku bahwa kegiatan ini benar-benar bermanfaat. Menurutnya, ada banyak pergaulan yang didapat. Selain itu, juga mendapatkan wawasan pengetahuan, keilmuan serta sedikit pengetahuan masak-memasak.

“Saya merasa beruntung, Ramadhan kali ini dapat berbaur dengan orang-orang yang berasal dari berbagai kampus dan organisasi,” ujarnya.

Sedangkan Fuad Nari, yang bekerja di Primagama quantum kids juga selalu hadir setiap kali sebelum berbuka. Dia juga mengakui, bahwa aksi ini jarang ditemui ditempat lain. Walaupun kegiatan hanya dilakukan sekelompok orang, namun orang yang hadir tidak selalu itu ke itu saja. Fuad nari juga mengharapkan, agar kelompok-kelompok mahasiswa lain juga bisa mencontoh kegiatan yang selalu diakomodasi oleh HMI Komisariat tarbiyah IAIN. Soalnya, kegiatan ini sangat efektif bagi mahasiswa untuk menghemat biaya. Selain itu, kelompok ini juga selalu membahas hal hal penting yang wajib dikaji mahasiswa sebagai agent of change.

“jadi, mahasiswa itu bukan harus demonstrasi saja. Meningkatkan kreatifitas adalah hal yang wajib,” katanya.

Ronal, sebagai ketua mum HMI komisariat UPI YPTK juga merasakan sensasi buka bersama di sekre HMI komisariat tarbiyah sama halnya dengan buka di rumah sendiri. Menurutnya, kegiatan yang dibarengi dengan pembahasan yang menyegarkan, juga tidak ketinggalan anak-anak yang tergabung juga digiring supaya bisa menulis apa yang minati. Siapa saja yang membawa karya tulisnya, akan dibahas secara berama-sama. (Harian Singgalang/mayonal puerta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berikan Komentar Anda, tanpa ada unsur fitnah, dan menyinggung SARA!