"Saya sangat Sedih namun saya bangga"Sepekan lebih, warga Pulau Padang yang dinaungi Serikat Tani Riau (STR) bermalam di tenda darurat, tepatnya di depan gedung DPRD Riau, kini sudah berangkat ke Jakarta dengan tujuan membakar diri di hadapan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana Negara.
Petang Selasa, (3/7) di depan gedung DPRD Riau, suasana haru dan isak tangis tak terbendung dari sejumlah warga yang ikut melepas 6 orang relawan 'bakar diri' bertolak ke Jakarta.
"Pedih yang dalam seolah-olah menikam ke dalam jantung"
kalimat itulah yang sempat diucapkan Syariah, istri dari Jumani (salah seorang yang dipersiapkan untuk bakar diri), dengan deraian air mata. Dia mengatakan, sangat sedih bila aksi bakar diri yang bakal dilakukan suaminya benar-benar terjadi di Istana pekan depan.
Namun, dia akan merasa sangat sedih bila eksplitasi RAPP terus berlanjut di kampung halamannya Pulau Padang, Kabupaten Teluk Meranti sana. Tetapi, keberanian sang suami tercinta untuk berjuang meski hangus dibakar api, adalah sesuatu yang membuatnya bangga.
"Saya sangat sedih namun saya bangga. Dalam hati ini juga ada harapan untuk abang supaya lekas
kembali pulang. Saya yakin abang kembali pulang dengan adanya sikap SBY mencabut SK 327," ucapnya dengan nada tersendat.
ketua umum STR, M. Riduan juga tidak bisa menahan air mata. Ketika konferensi pers sebelum menuju Bandara SSQ II Pekanbaru, dia menyampaikan pesan terakhir bila nyawa berakhir di sulut api.
"Andai saya mati di istana minggu depan, doakan anak dan istri saya hidup selamat di Pulau Padang," ucapnya sambil tersedu-sedu.
Sementara itu, Nisa, Istri tercinta M. Riduan, juga tidak bisa menahan pilu. Air matanya terus mengalir. Saat saya hampiri, dia hanya mengatakan kalau dia sangat bangga dengan suaminya. Selang beberapa menit, dia langsung mendekap suaminya sambil terisak-isak. Ya, dekapan yang seolah-olah tak pernah lepas lagi, dekapan dengan kobaran semangat juang yang maha tinggi.
Meski dengan kesedihan paling ngilu, M. Riduan sebagai ketua aksi tetap memberikan keterangan kepada wartawan dengan ramah.Dikatakannya, aksi bakar diri yang direncanakan 10 orang dari awal, kini berkurang hingga menjadi 6 orang. 1 orang di antaranya tidak mendapat restu dari anak istri dan keluarga di Pulau Padang, sedangkan dua orang lagi harus memimpin warga Pulau Padang yang sedang bergejolak. Hal tersebut kata M. Riduan, untuk mengantisipasi tindakan kerusuhan yang bakal terjadi di Pulau Padang. Pasalnya, RAPP tetap melanjutkan operasinya hingga kini.
Sedangkan satu orang lagi, atas nama Amri terpaksa harus kembali pulang ke Pulau Padang setelah sempat berhar- hari pula tidur di tenda. Alasannya, anaknya di kampung mendapat musibah kecelakaan.
"karena anaknya kecelakaan,sementara istrinya sedang hamil pula, Amri kembali pulang. Hal itu telah sesuai dengan kesepakatan kami. Kami merelakan, bahkan menyruhnya kembali pulang ke pulau Padang. Karena, keluarga dalam ditimpa musibah tentu butuh bantuan sang ayah," jelas M. Riduan.
Namun, 6 orang sudah dipastikan akan melakukan bakar diri bila mana pemerintah tidak mencabut SK Mentri Kehutanan nomor 327 tahun 2009 tentang perizinan RAPP menggarap hutan Pulau Padang.
Adapun 6 orang tersebut adalah, M. Riduan sebagai ketua, Ali wahyudi, Joni Setiawan, Jumani, Syafrudin dan Suwagiyo. Masing-masing relawan aksi bakar diri tersebut meninggalkan istri dan anak-anak. Seperti Suwagiyo, umur 40 tahun meninggalkan anak 4 orang yang masih bersekolah. Kecuali Ali, dia adalah relawan bakar diri paling muda. Hingga ajal mendekatinya ini, masih berstatus 'belum kawin' dalam kartu identitas kependudukan. Ya, usinya baru 27 tahun. Muda sangat, meski mati tantangan,tetap semangat.
Diteruskan M. Riduan, 6 relawan pejuang Pulau Padang ini akan didampingi oleh Serikat Tani Nasional (STN) di Jakarta. Mereka menunggu sikap SBY sampai 6 hari. Bila SBY tidak mencabut SK 327 tersebut, pada hari ke-7 satu orang di antaranya mengeksekusi pembakaran diri depan istana.
Bila hari berikutnya tidak juga ada respon, 1 orang lagi bakal membakar diri. "Kami tunggu 6 hari juga dengan membuka posko. Bila pagi hari ke-7nya tidak ada sikap pemerintah, saya yang duluan bakar diri. Kami akan melakukannya satu orang per hari hingga 6 orang relawan ini benar-benar habis dan meregang nyawa dalam kobaran api," katanya lagi.
Sebelum keberangkatan, M. Riduan yang mewakili relawan Pulau Padang tersebut juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Pemerintah Riau dan DPRD Riau yang tidak punya sikap. Kemudian dia juga mengucapkan terimakasih kepada LAM Riau yang juga tidak mampu bersikap. Selanjutnya dia mengucapkan terimaksih kepada pihak-pihak yang telah menuduhnya bahwa aksi tersebut punya kepentingan politik.
"Saya berteimakasih banyak kepada orang-orang yang mengecam kami. Kami tahu dengan pilihan kami. Jika pemerintah punya nurani, maka pilihan kami ini disikapinya dengan tegas. Kemudian, apapun dalilnya tentang bakar diri ini, kami tetap melakukan bila SK 327 tidak dicabut presiden. Jika nyawa ini taruhannya, kami ikhlas demi masa depan Pulau Padang," pungkasnya sambil menyeka air mata yang terus bercucuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar Anda, tanpa ada unsur fitnah, dan menyinggung SARA!