Ternyata galamai, makanan khas
Payakumbuh-Limapuluh Kota, punya sejarah panjang. Dari penuturan
masyarakat Luhak Nan Bungsu ini, usaha galamai sudah hadir sebelum
kemerdekaan bangsa Indonesia.
Adalah Hj Rosneli
(almarhumah) yang mengawali usaha rumahan galamai ini denga merek
“Aroma” pada era tahun 1940-an. Usaha ini berkembang pesat sampai tahun
1980-an dengan menampung puluhan pekerja. Usaha ini berkembang pesat
dan produknya sampai ke kota-kota di Sumatera Barat dan provinsi
lainnya.
Namun demikian, persoalan muncul
ketika dipengujung 1980 an, beberapa pekerja intinya banyak yang keluar
dan mengembangkan usaha lainnya. Dan ini membuat usaha “Aroma”
goyah. Tapi hal ini bagi Rosneli bukan masalah besar.
Sementara
itu, dalam rentang 10 tahun, dari 1980-1990, di Kota Payakumbuh dan
sekitarnya, tumbuh pula usaha sejenis. Ketatnya persaingan, membuat
Usaha Aroma pada pertengahan tahun 1990, menyatakan “istirahat”.
Perintis usaha rumahan yang pertama di daerah ini tak mampu
berproduksi.
Menurut cucu kandung Rosneli, Beni Saputra (30) dalam bincang-bincang dengan Haluan beberapa waktu lalu, pihak keluarga ingin menghidupkan Aroma dengan kemasan yang berbeda.
“Dek
banyak bona oleh-oleh di Pikumbuah, dan pasarannyo raso-raso agak
sulik. Mako, alun yakin sajo ambo untuak mambukak usaho oleh-oleh di
kampuang baliak. Sungguahpun rencana itu ado,” kata Beni Saputra yang telah 11 tahun membuka usaha di Pulau Batam, Kepulauan Riau,
Beni
Saputra sendiri salah seoranng generasi “Aroma” juga mengembangkan
usaha buah tangan di Batam. Niatnya meneruskan kreativitas neneknya,
yang telah menghidupkan keluarga besarnya sudah dibawanya sejak
pertama kali menginjakkan kaki di tanah Batam, tak pernah padam,
bersama adiknya Rahmat Hidayat.
“Kaluarga ambo indak digodangan dek gaji per bulan dari negara,” ungkap alumni SMK 3 Payakumbuh ini saat ditemui Haluan di Nagoya-Batam.
Usaha Buah Naga
Setelah berumah tangga dengan gadis cantik Melayu bernama Melani, Beni membangun usaha mandiri, sekaligus meneruskan spirit
Aroma gelamai Payakumbuh, semakin mantap saja. Suatu malam, Beni
mengatakan keinginannya kepada istrinya, tapi ia belum memikirkan usaha
rumah tangga semacam apa yang harus dilakukan. Terbersit ide dalam
pikirannya, bagaimana memanfaatkan buah naga sebagai ikon buah asal
Batam itu. Beni membangkitkan nama Aroma yang telah lama “terkubur”.
Buah naga pun ia olah menjadi sejenis cake (kue) dengan berbagai cita
rasa.
“Aroma akan lebih hidup lagi, walaupun di tempat yang berbeda,” ujar anak dari pasangan Indra Mulia dan Ernita ini.
Setelah
melihat peluang besar, Benni akhirnya memutuskan dirinya keluar dari
dunia model, dan istrinya Melani, mantan pemain sinetron “Ikhlas” di
SCTV itu, juga pindah kerja menjadi pegawai di salah satu bank terkenal
cabang Batam.
“Yo, bia lobiah fokus sajo ka
usaho kek buah naga ko. Walaupun Aroma di payokumbuah ndak ado lai, di
Batam harus awak nomor satu masalah oleh-oleh ko,” ucap lelaki kelahiran Payakumbuh itu.
Sejak
Mei 2011 lalu, usaha rumah tangga cake buah naga, yang diberi nama
Aroma mulai diproduksi. Sedikitnya ada enam cita rasa yang ditawarkan
yakni, rasa original, coklat, strawberry, Keju, blueberry dan almond.
Semua rasa itu menjadi topping dan selai sebuah cake buah naga kecuali
rasa original. Sedangkan, kemasan warna yang dipilih disesuaikan pula
dengan warna buah, yaitu merah.
“Cake buah naga,
produksi Aroma memang suatu kreasi makanan khas yang baru. Dengan
menggunakkan komposisi buah naga lebih banyak yang didatangkan dari
perkebunan buah naga di kawasan Barelang,” tambah Rahmat Hidayat.
Selain
itu, Beni juga mempunyai harapan agar usaha yang sedang
dikembangkannya mendapat sambutan yang positif bagi perantau Minang
di Batam ataupun masyarakat Sumatera Barat yang sesekali berkunjung ke
Batam.
“Kalau ado urang kampuang kito pai main-main ka Batam, mudah-mudahan oleh-oleh nan di boli tontu punyo kito ndak,” ujar Beni lagi sambil tertawa.
Usaha
yang memperkerjakan sebagian besar berasal dari Payakumbuh ini juga
telah mendapat respons dari Pemerintahan Kota Batam, Batam Tourism,
dan Kadin Kota Batam.
Menurut Ketua Batam
Tourism, Rahman Usman, sudah bertahun-tahun petani Barelang
menghasilkan buah naga yang setiap bulannya ratusan ton dijual keluar
Provinsi Kepri, baru kali ini ada ide dan usaha rumah tangga yang
paling menarik. Tidak hanya itu, usaha ini, akan mampu mengangkat nama
Batam ke luar.
“Setidaknya, makanan yang yang
diproduksi Aroma ini, tidak mengurangi khasiat buah naga, yakni
penetralisasi gula darah dalam tubuh,” terang Rahman Usman.
Nada
Faza Soraya, Ketua Kadin Kota Batam, mengatakan, mendukung
langkah-langkah dan terobosan yang dilakukan Aroma dan siap bekerja
sama demi kemajuan produktivitas warga Batam.
Sugimto
(51) pemilik kebun, juga sangat mendukung usaha ini. Menurut Sugimto,
usaha makanan khas yang dikerjakan Aroma inin mempunyai peluang
bisnis yang sangat besar. Petani-petani buah naga juga merasa gembira
dengan adanya kreasi oleh-oleh yang menggunakan buah naga Batam ini. n
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar Anda, tanpa ada unsur fitnah, dan menyinggung SARA!